PANORAMA PULAU BALI
Bali atau sering disebut sebagai tanahnya para dewa (Land Of God) memiliki aneka ragam kebudayaan termasuk daerah wisata pantai, gunung, sawah bahkan desa dan penduduk dengan kebudayaannya yang unik, tempat-tempat bersejarah dan tentu saja keindahan alamnya yang sangat menakjubkan.
Beberapa tempat menarik yang bisa dikunjungi:
Patung GWK Bali
Patung Garuda Kencana dibuat oleh seniman asli Bali Nyoman Nuarta. Berada di daerah Ungasan, di atas bukit Jimbaran. Pengukirnya mempunyai misi menjadikan patung ini sebagai keajaiban dunia ke 8 dan ke 2 di Indonesia. Salah satu pertunjukan yang bisa disaksikan di sini adalah Kecak.
Pantai Kuta Bali
Ombaknya yang tinggi menjadi kesukaan para surfer. Aktifitas di Kuta tidak pernah sepi, live music, karaoke, toko dan art shop berderet disepanjang jalan di Kuta, pantai Kuta identik dengan nama Bali.
Pantai Jimbaran Bali
Sangat direkomendasikan mengunjungi pantai Jimbaran pada malam hari. Kafe-kafe yang berjejer dipinggir pantai serta hidangan makanan khas laut yang langsung ditangkap nelayan serta ada tempat pelelangan ikan.
Pantai Sanur Bali
Terletak di Timur kota Denpasar. Di pantai Sanur dapat dinikmati pantai yang pasirnya hitam dan putih. Di pantai ini biasanya para penggemar waters port melakukan aktifitasnya.
Candi Dasa
Candi Dasa terletak di sebelah timur pulau Bali. Pantai berpasir putih ini mulai terkenal sebagai alternatif dari pantai Kuta yang sudah dirasa terlalu ramai dan kotor.
Pura luhur uluwatu Bali
Berada di ujung karang paling selatan pulau Bali. Pemandangannya Indah dengan samudra lautan dan sunset dari ujung tebingnya. Di Pura Luhur Uluwatu juga dilaksanakan tarian kecak setiap malam. Kombinasi sunset dan tarian kecak menjadi suguhan tontonan yang tak terlupakan.
Pasar Sukawati Bali
Pasar sukowati adalah pasar tradisional yang menjajakan aneka kerajinan dan souvenir terletak di Kabupaten Gianyar dan sangat terkenal di Bali maupun luar Bali.
Ubud
Di lokasi ini banyak terdapat terdapat sanggar seni dimana wisatawan bisa ikut berlatih seperti memainkan instrumen khas Bali dan menari Bali. Ubud sangat terkenal dengan daerah seninya, karena merupakan tempat belajar menari, melukis, mematung kayu atau batu.
Pemandangan danau batur dari Kintamani Bali
Berada di kintamani seperti berada di atas gunung dengan pemandangan ke bawah berupa danau Batur. Obyek wisata dengan pemandangan yang indah, danau Batur di Penelokan dan pemandangan gunung Batur.
Celuk
Celuk merupakan pusat kerajinan emas dan perak di pulau Bali. Pengunjung bisa melihat proses pembuatan kerajinan perak dan tentu saja dapat membelinya langsung.
Pura Besakih Bali
Pura ini dibangun dengan sangat megah untuk bersembahyang melakukan pemujaan Dewa Brahma Wisnu Siwa. Pura Besakih merupakan Pura Hindu terbesar di pulau Bali.
Goa Gajahi Bali
Goa ini dahulunya merupakan tempat petapaan. Di luar area Goa terdapat patung Ganeca dan permandian penduduk desa berupa pancuran yang masih digunakan sampai sekarang.
Pura Tanah Lot Bali
Pura tanah lot berdiri di atas karang di tengah laut. Di pura ini juga di jaga oleh 2 “Duwe” yakni ular berwarna hitam dan putih yang tiap hari kelihatan didampingi oleh pemangkunya (orang suci pengemong pura)
Pantai Nusa Dua Bali
Pantai Nusa Dua merupakan daerah kesukaan para dengan pantai pasir putihnya, hotel berbintang 5 berderet disepanjang pantai ini. Pantai nusa dua merupakan terusan dari pantai sanur, aktifitas watersport juga bisa dilakukan di sini.
Pura Taman Ayun
Ciri khas Pura Taman Ayun dikelilingi oleh kolam yang digunakan untuk mengitari pura oleh dayang-dayang dengan perahu kecil.
Wisata Air Panas Ciparay Bogor
11 Januari 2011
Posted by pada Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, selain terdapat Curug-Curug (Curug Ngumpet, Curug Seribu, Curug Cigamea dll) dan tempat wisata lainnya juga terdapat tiga tempat wisata air panas, yakni di kawasan Gunung Salak Endah, Desa Ciparai, Kecamatan Pamijahaan Wisata Air Panas Ciparay. Lalu, Taman Wisata Air Panas Tirta Sanita Gunung Kapur di Kampung Ciseeng, Kecamatan Parung, dan pemandian air panas Goenoeng Pancar di Babakanmadang. Jarak ketiga tempat pemandian itu rata-rata di bawah 100 kilometer.
Dan untuk kali ini yang saya kunjungi adalah Wisata Air Panas Ciparay di kawasan Gunung Salak Endah.
Wisata Air Panas Ciparay, adalah salah satu wisata yang berhawa sejuk, memiliki air panas dikolam dan pancuran yang juga dikelilingi keindahan alam pegunungan Halimun-Salak. Di tempat ini para wisatawan dapat menikmati mandi dengan air panas alami dengan pemandangan alam yang alami dan udara yang segar.
Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 4.000 per-pengunjung, dan menuju tempat Wisata Air Panas Ciparay ini, kita harus menapaki sekitar 200 anak tangga. karena Air Panas Ciparay berada di sebuah lembah di mana di dasar lembah itu mengalir Sungai Cikuluwung memiliki air yang masih jernih, dingin dan sejuk. Dinding-dinding lembah itu adalah kaki Gunung Salak.
Kondisi jalan setapak selebar dua meter itu cukup bagus, tetapi pengunjung tetap harus berhati-hati karena tebingnya cukup curam dan berbelok-belok, di sisi kiri terdapat jurang. Apalagi pagar besi untuk berpegangan tidak tepat berada di sisi jalan setapak tersebut. Dengan demikian, agak sulit untuk diandalkan oleh para pengunjung untuk jadi alat berpegangan saat menapaki jalan itu.
Di tempat ini terdapat beberapa bak berendam di beberapa kamar. Selain itu, air panas juga dialirkan ke delapan pancuran di pinggir Sungai Cikuluwung. Satu pancuran air panas malah berada di ”dinding” tepi sungai. Para pengunjung setelah bermain air sepuasnya di sungai tersebut bisa segera membilas tubuhnya di bawah pancuran air hangat ataupun sebaliknya..
Jangan lupa siapkan camera dan abadikan moment perjalanan wisata kalian..
Selamat Berlibur..
Pulau Komodo
Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape.Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tiba di Taman Nasional Komodo, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mendatangi PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Para penjaga hutan dan pawang komodo akan mengantarkan kita melihat langsung kehidupan komodo di alamnya. Komodo atau Faranus Comodoensis merupakan binatang mamalia yang memiliki berat mencapai 150 kg dan memiliki kemampuan penciuman yang baik, terutama untuk bau darah.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Mengamati kehidupan komodo di alamnya ini sungguh menegangkan karena kita harus selalu berhati-hati. Walaupun kelihatannya hanya terdiam mematung, tapi kita harus berhati-hati karena sebenarnya mereka sedang mengamati sekitar dan menerapkan strategi untuk memangsa buruannya. Kini atraksi kelompok komodo yang berebut memangsa seekor kambing atau ayam sudah dilarang. Alasannya agar komodo yang hidup bebas di alamnya ini dapat bertahan hidup tanpa bergantung pada pemberian makan dari Taman Nasional dan pengunjung.
Satu lagi yang menarik dari kawasan konservasi pulau Komodo adalah keindahan pantai Merah yang menakjubkan. Pantulan sinar matahari yang jatuh ke hamparan pasir yang bercampur koral berwarna merah di pantai ini memberikan tampilan warna merah yang sangat indah. Pantai Merah juga menjadi lokasi yang asyik untuk snorkelling dan berenang.
Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong.
Akses pencapaian lokasi: Denpasar-Mataram-Bima-Sape (perjalanan darat dan fery),dari Sape menuju lokasi taman nasional menggunakan fery. Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat terbang, dan menggunakan fery atau speedboat dari Labuan Bajo ke lokasi taman nasional.
Kantor TN Komodo: Jl. Kasimo, Labuan Bajo. Manggarai Barat 86554, Nusa Tenggara Timur Telp. (0385) 41004, 41005
Kelimutu menjadi terkenal di dunia karena 3 danaunya yang berbeda warnanya yang terletak di puncaknya. Selama ini keberadaannya seperti legenda yang menarik wisatawan untuk datang dan menyaksikan keindahannya.
Di puncaknya pada ketinggian 1.650 m diatas muka laut Gunung Kelimutu (Keli=gunung Mutu=indah) menyimpan 3 buah danaunya. Penduduk sekitar dan terutama suku Lio percaya bahwa arwah-arwah penduduk yang meninggal akan bersemayam di ke tiga danau tersebut. Masing-masing adalah : Tiwu Ata Mbupu danau berwarna hitam yang menjadi tempat arwah orangtua, Tiwu Nuwamuri Koofai danau berwarna hijau yang menjadi tempat arwah orang-orang muda dan Tiwu Ata Polo danau berwarna coklat yang menjadi tempat arwah orang-orang jahat atau tukang tenung.
ENDE
Jika anda akan melihat keindahan Kelimutu, anda dapat melalui udara dan darat. Dengan pesawat anda dapat terbang dari Bali ke Ende atau Maumere. Kebetulan penulis mengambil rute melalui Ende. Bandar udara H. Hasan Aroeboesman di Ende, menjadi pintu masuk Kelimutu. Bandara kelas 3 ini nampak sederhana. Jarak landasan ke terminal sangat dekat. Di depan terminal nampak sebuah bukit yang cukup tinggi. Para pilot harus mewaspadai bukit itu, jika akan mendarat atau take off pada cuaca berkabut.
Di luar pagar, seorang pemuda Ende melambaikan tangan ketika penulis akan memasuki ruang kedatangan, sambil berteriak : Taksi … taksi … pak? Dia menawarkan mengantar ke Ende dengan biaya Rp. 30 ribu. Penulis bertanya bagaimana kalau ke Moni? Duke si pemuda itu menawarkan diri untuk mengantar sampai di Moni. Begitulah setelah sepakat dengan harga kami meluncur dengan Toyota Innova yang relatif masih baru. Penulis meminta dia untuk melihat-lihat kota Ende dulu sebelum ke Moni. Duke ternyata cukup tanggap. Dia langsung membawa kami ke tempat pengasingan Bung Karno ke Ende. Salah satu peninggalan sejarah yang dilestarikan.
PENGASINGAN BUNG KARNO
Rumah pengasingan Bung Karno ternyata menjadi obyek pariwisata yang cukup menarik banyak wisatawan. Penulis datang bersamaan dengan 2 orang wisatawan dari Itali. Kedua pemuda yang nampak ramah itu bahkan menawarkan diri untuk memotret penulis.
Rumah pengasingan Bung Karno nampak sederhana untuk ukuran sekarang, tetapi untuk waktu itu pasti sudah bagus. Satu rumah terdiri dari 4 buah kamar dg ukuran yang sama besar, masing-masing lebih kurang 3X4 M. Satu kamar di belakang ada kamar khusus. Kamar Samadi.
Di belakang ada tanah kosong yang berfungsi sebagai taman dan ada sebuah sumur gali yang sangat dalam. Konon itu adalah sumur gali pertama di Ende. Pada waktu itu penduduk belum mengenal sumur gali. Di sebelah kanan belakang ada 3 buah ruangan kecil, yang berfungsi sebagai dapur dan peralatan.
Membayangkan lokasinya dan waktunya penulis dapat merasakan betapa terisolirnya beliau di tempat ini. Kemudian Duke mengantarkan kami ke pohon Sukun dengan 5 buah cabang. Konon ketika Bung Karno menggali Pancasila, beliau menanam sebuah pohon Sukun. Ketika tumbuh ternyata pohonnya bercabang 5. Seiring perjalanan waktu, pohon itu mati. Dan anehnya, ketika Megawati menanam kembali; pohon Sukun itu pun kembali bercabang lima. Wallahu’alam.
MONI
Setelah melihat sekeliling Ende, kemudian Duke mengantarkan kami ke Moni. Jalan menuju ke Moni berkelok-kelok, mengingatkan penulis ketika melewati cadas Pangeran antara Sumedang-Cirebon. Di tepi jalan, nampak sungai yng mengalir diantara dua bukit yang terjal. Indah dan artistik. Di kilometer 10 disebelah kiri jalan ada air terjun yang mengalir diatas dinding batu gunung. Pada waktu musim hujan, jumlahnya bisa 18 buah.
Kami sampai dan menginap di Saoria (Sao=rumah Ria=besar) sebuah bungalow milik Pemda. Suasananya seperti di daerah Kopo peristirahatan ke arah Puncak, hanya saja lebih sepi. Kami menginap di kamar no 07, persis menghadap jalan dengan pemandangan lembah dan bukit di depan mata. Cakep.
Moni adalah sebuah desa yang berada tepat dibawah Gunung Kelimutu. Jaraknya dari Ende 52 km. Moni menjadi tujuan para turis yang akan melihat danau Kelimutu, karena merupakan pos terdekat dan memiliki banyak fasilitas penginapan. Dari Moni ke pelataran parkir Kelimutu jaraknya kira-kira 13 km.
Sampai di Moni dan beristirahat. Besok harus jalan pagi-pagi untuk menyaksikan sunset di puncak Kelimutu. Pengurus Soaria Fi’ani mencarikan transportasi ke puncak Kelimutu. Ada dua pilihan pakai ojek atau dengan mobil. Pakai ojek Rp. 100 ribu dan dengan mobil Rp. 300 ribu. Penulis memilih yang ke dua, dengan pertimbangan lebih safe jika terjadi apa-apa. Dari Moni ke tempat parkir Puncak Kelimutu + 13an km.
Pada waktu makan malam di restoran di sebelah bungalow, kami bertemu dengan Sara Moreira. Gadis Portugis berusia 24 tahun. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai pengajar di Universitas Nasional Timor Timur mengajar computer engineering. Dan dalam perjalanan pulang ke Portugis, melalui Kupang. Gadis ini sungguh berani melakukan perjalanan sendiri pertama kali dari Dili ke Bali, melalui jalan darat.
PUNCAK KELIMUTU
Jam 04.30 pagi kami sudah siap untuk berangkat. Ahmad driver kami yang mengantarkan kami. Sara Moreira memilih naik ojek. Hujan gerimis mulai turun. Wah. Penulis diam-diam berdoa dalam hati, agar perjalanan ini tidak sia-sia. Mudah-mudah gerimis segera hilang agar dapat melihat keindahan danau Kelimutu. Amin3X.
Di jalan menuju puncak yang sempit tetapi beraspal bagus, beberapa bule nampak jalan kaki. Trekking ke puncak. Pada pos penjagaan kami berhenti sebentar untuk membeli tiket masuk. Beberapa bule nampak naik ojek. Seorang gadis dari Jerman antri di depan kami.
Jam 6 pagi mulai terang. Kabut masih menghalangi jalan membuat pandangan ke depan terbatas. Beberapa saat kemudian kami tiba di pelataran parkir. Di situ sudah banyak pengunjung yang menunggu untuk naik ke atas. Lalu kami berjalan ke puncak. Segmen awal jalan yang sudah diberi pavement berupa batu nampak cukup menanjak tajam. Tetapi ketika sampai di dekat puncak jalan yang hanya tanah gunung datar dan mudah. Setelah + 25 menit kami tiba di puncak. Cuaca masih kabut, dingin dan angin bertiup keras. Matahari sembunyi di balik awan dan kabut yang cukup tebal. Kami menunggu. Puluhan orang di puncak juga menunggu, dan (barangkali) sambil berdoa agar kabut segera sirna..
Dan … ketika angin bertiup keras, kabut pun tersibak! Dan … Danau Hijau – Tiwu Nuwamuri Koofai seperti muncul dengan tiba-tiba. Warna hijaunya yang indah muncul dari balik kabut tipis. Hampir seluruh pengunjung berteriak dan bergegas ke pinggir danau yang diberi pagar. Sayang yang nampak awal hanya Danau Hijau. Danau Coklat Tiwu Ata Polo yang warnanya mirip Coca Cola, yang letaknya bersebelahan danau Hijau; tidak kelihatan karena masih tertutup kabut.
Kami berlari ke sebelah belakang arah kami berdiri, dengan harapan dapat melihat Danau Hitam. Dan … untunglah diantara kabut tipis Danau Hitam Tiwu Ata Mbupu, kelihatan! Tebingnya curam dengan warna airnya kehitaman, nampak jauh dibawah.
Beberapa saat kemudian kabut kembali menyelimuti puncak Kelimutu 1.650 M. Kami harus sabar menunggu lagi, agar kabut segera sirna. Sementara matahari yang ditunggu terbit, hanya nampaknya sinarnya yang semburat dibalik selimut kabut.
Pak Aflinus penduduk lokal yang mengadu nasib menjadi pemandu wisata, menuangkan kopi panas dan menawarkan kepada kami. Asyik banget, minum kopi panas pada suasana begini! Dia juga menawarkan sarung tenun Ende untuk penahan dingin.
Di puncak Kelimutu dibangun sebuah tugu dengan tangga yang bertingkat. Jika kita berdiri di puncak tugu, maka kita dapat melihat ke 3 danau dengan baik. Hanya sayang kabut begitu pekat sehingga menghalangi pemandangan ke bawah. Menjelang siang kabut kembali menipis dan semua yang berada di puncak berebut memotret keindahan yang langka ini. Tetapi kabut kembali menutup puncak, maka kami ambil keputusan untuk turun. Melihat Tiwu Ata Polo dari dataran yang lebih rendah.
Benar saja. Ketika sampai dibawah kabut mulai menipis dan perlahan-lahan menghilang. Matahari bersinar cukup terang. Danau Hijau tampak berdampingan dengan Danau Coklat yang warnanya seperti Coca Cola. Dua danau ini hanya dibatasi oleh tebing terjal selebar + 5 meter.
Melihat keindahan yang spekatuler ini, tak tertahankan penulis mencari posisi yang paling tepat untuk menikmati karya Allah Swt ini. Penulis pun berjalan tepatnya mendaki di sepanjang tepi danau, untuk mendapatkan angle yang baik. Jam menunjukkan pukul 08.30 pagi. Sayang sungguh, pesawat yang kami tumpangi akan berangkat jam 12.30 siang. Ende masih 65 km dari Puncak Kelimutu. berarti kami harus segera turun, kembali ke Moni dan mengejar pesawat Trigana ke Ende. Apaboleh buat. Walaupun masih ingin lebih lama lagi menikmati keindahan yang amat langka ini, kami turun.
Di sebuah dataran ada sebuah helipad. pak Aflinus mengatakan dulu pada tahun 1988, Bapak Adam Malik pernah singgah di sini dengan menggunakan helikopter.
TURUN KEMBALI
Perjalanan turun lebih mudah. Suara nyanyian burung khas Kelimutu, yang katanya dapat menirukan suara apa saja terdengar nyaring. membuat situasi sangat nyaman. Udara bersih dan matahari bersinar terang, sinarnya terasa menyejukkan di ketinggian ini.
Beberapa saat kemudian kami sampai kembali di pelataran parkir. Ahmad sudah menunggu. Wajahnya nampak terang dan menyapa dengan ramah : ”Bisa liat danaunya pak?”. Di depan pelataran parkir ada sebuah rumah panggung, menjual makanan kecil dan minuman. Di depannya puluhan kain tenun khas Ende di gantung, seperti layaknya menjemur pakaian.
Danau Tiga Warna Kelimutu
HL | 29 January 2010 | 12:19 2145 5Kelimutu menjadi terkenal di dunia karena 3 danaunya yang berbeda warnanya yang terletak di puncaknya. Selama ini keberadaannya seperti legenda yang menarik wisatawan untuk datang dan menyaksikan keindahannya.
Di puncaknya pada ketinggian 1.650 m diatas muka laut Gunung Kelimutu (Keli=gunung Mutu=indah) menyimpan 3 buah danaunya. Penduduk sekitar dan terutama suku Lio percaya bahwa arwah-arwah penduduk yang meninggal akan bersemayam di ke tiga danau tersebut. Masing-masing adalah : Tiwu Ata Mbupu danau berwarna hitam yang menjadi tempat arwah orangtua, Tiwu Nuwamuri Koofai danau berwarna hijau yang menjadi tempat arwah orang-orang muda dan Tiwu Ata Polo danau berwarna coklat yang menjadi tempat arwah orang-orang jahat atau tukang tenung.
ENDE
Jika anda akan melihat keindahan Kelimutu, anda dapat melalui udara dan darat. Dengan pesawat anda dapat terbang dari Bali ke Ende atau Maumere. Kebetulan penulis mengambil rute melalui Ende. Bandar udara H. Hasan Aroeboesman di Ende, menjadi pintu masuk Kelimutu. Bandara kelas 3 ini nampak sederhana. Jarak landasan ke terminal sangat dekat. Di depan terminal nampak sebuah bukit yang cukup tinggi. Para pilot harus mewaspadai bukit itu, jika akan mendarat atau take off pada cuaca berkabut.
Di luar pagar, seorang pemuda Ende melambaikan tangan ketika penulis akan memasuki ruang kedatangan, sambil berteriak : Taksi … taksi … pak? Dia menawarkan mengantar ke Ende dengan biaya Rp. 30 ribu. Penulis bertanya bagaimana kalau ke Moni? Duke si pemuda itu menawarkan diri untuk mengantar sampai di Moni. Begitulah setelah sepakat dengan harga kami meluncur dengan Toyota Innova yang relatif masih baru. Penulis meminta dia untuk melihat-lihat kota Ende dulu sebelum ke Moni. Duke ternyata cukup tanggap. Dia langsung membawa kami ke tempat pengasingan Bung Karno ke Ende. Salah satu peninggalan sejarah yang dilestarikan.
PENGASINGAN BUNG KARNO
Rumah pengasingan Bung Karno ternyata menjadi obyek pariwisata yang cukup menarik banyak wisatawan. Penulis datang bersamaan dengan 2 orang wisatawan dari Itali. Kedua pemuda yang nampak ramah itu bahkan menawarkan diri untuk memotret penulis.
Rumah pengasingan Bung Karno nampak sederhana untuk ukuran sekarang, tetapi untuk waktu itu pasti sudah bagus. Satu rumah terdiri dari 4 buah kamar dg ukuran yang sama besar, masing-masing lebih kurang 3X4 M. Satu kamar di belakang ada kamar khusus. Kamar Samadi.
Di belakang ada tanah kosong yang berfungsi sebagai taman dan ada sebuah sumur gali yang sangat dalam. Konon itu adalah sumur gali pertama di Ende. Pada waktu itu penduduk belum mengenal sumur gali. Di sebelah kanan belakang ada 3 buah ruangan kecil, yang berfungsi sebagai dapur dan peralatan.
Membayangkan lokasinya dan waktunya penulis dapat merasakan betapa terisolirnya beliau di tempat ini. Kemudian Duke mengantarkan kami ke pohon Sukun dengan 5 buah cabang. Konon ketika Bung Karno menggali Pancasila, beliau menanam sebuah pohon Sukun. Ketika tumbuh ternyata pohonnya bercabang 5. Seiring perjalanan waktu, pohon itu mati. Dan anehnya, ketika Megawati menanam kembali; pohon Sukun itu pun kembali bercabang lima. Wallahu’alam.
MONI
Setelah melihat sekeliling Ende, kemudian Duke mengantarkan kami ke Moni. Jalan menuju ke Moni berkelok-kelok, mengingatkan penulis ketika melewati cadas Pangeran antara Sumedang-Cirebon. Di tepi jalan, nampak sungai yng mengalir diantara dua bukit yang terjal. Indah dan artistik. Di kilometer 10 disebelah kiri jalan ada air terjun yang mengalir diatas dinding batu gunung. Pada waktu musim hujan, jumlahnya bisa 18 buah.
Kami sampai dan menginap di Saoria (Sao=rumah Ria=besar) sebuah bungalow milik Pemda. Suasananya seperti di daerah Kopo peristirahatan ke arah Puncak, hanya saja lebih sepi. Kami menginap di kamar no 07, persis menghadap jalan dengan pemandangan lembah dan bukit di depan mata. Cakep.
Moni adalah sebuah desa yang berada tepat dibawah Gunung Kelimutu. Jaraknya dari Ende 52 km. Moni menjadi tujuan para turis yang akan melihat danau Kelimutu, karena merupakan pos terdekat dan memiliki banyak fasilitas penginapan. Dari Moni ke pelataran parkir Kelimutu jaraknya kira-kira 13 km.
Sampai di Moni dan beristirahat. Besok harus jalan pagi-pagi untuk menyaksikan sunset di puncak Kelimutu. Pengurus Soaria Fi’ani mencarikan transportasi ke puncak Kelimutu. Ada dua pilihan pakai ojek atau dengan mobil. Pakai ojek Rp. 100 ribu dan dengan mobil Rp. 300 ribu. Penulis memilih yang ke dua, dengan pertimbangan lebih safe jika terjadi apa-apa. Dari Moni ke tempat parkir Puncak Kelimutu + 13an km.
Pada waktu makan malam di restoran di sebelah bungalow, kami bertemu dengan Sara Moreira. Gadis Portugis berusia 24 tahun. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai pengajar di Universitas Nasional Timor Timur mengajar computer engineering. Dan dalam perjalanan pulang ke Portugis, melalui Kupang. Gadis ini sungguh berani melakukan perjalanan sendiri pertama kali dari Dili ke Bali, melalui jalan darat.
PUNCAK KELIMUTU
Jam 04.30 pagi kami sudah siap untuk berangkat. Ahmad driver kami yang mengantarkan kami. Sara Moreira memilih naik ojek. Hujan gerimis mulai turun. Wah. Penulis diam-diam berdoa dalam hati, agar perjalanan ini tidak sia-sia. Mudah-mudah gerimis segera hilang agar dapat melihat keindahan danau Kelimutu. Amin3X.
Di jalan menuju puncak yang sempit tetapi beraspal bagus, beberapa bule nampak jalan kaki. Trekking ke puncak. Pada pos penjagaan kami berhenti sebentar untuk membeli tiket masuk. Beberapa bule nampak naik ojek. Seorang gadis dari Jerman antri di depan kami.
Jam 6 pagi mulai terang. Kabut masih menghalangi jalan membuat pandangan ke depan terbatas. Beberapa saat kemudian kami tiba di pelataran parkir. Di situ sudah banyak pengunjung yang menunggu untuk naik ke atas. Lalu kami berjalan ke puncak. Segmen awal jalan yang sudah diberi pavement berupa batu nampak cukup menanjak tajam. Tetapi ketika sampai di dekat puncak jalan yang hanya tanah gunung datar dan mudah. Setelah + 25 menit kami tiba di puncak. Cuaca masih kabut, dingin dan angin bertiup keras. Matahari sembunyi di balik awan dan kabut yang cukup tebal. Kami menunggu. Puluhan orang di puncak juga menunggu, dan (barangkali) sambil berdoa agar kabut segera sirna..
Dan … ketika angin bertiup keras, kabut pun tersibak! Dan … Danau Hijau – Tiwu Nuwamuri Koofai seperti muncul dengan tiba-tiba. Warna hijaunya yang indah muncul dari balik kabut tipis. Hampir seluruh pengunjung berteriak dan bergegas ke pinggir danau yang diberi pagar. Sayang yang nampak awal hanya Danau Hijau. Danau Coklat Tiwu Ata Polo yang warnanya mirip Coca Cola, yang letaknya bersebelahan danau Hijau; tidak kelihatan karena masih tertutup kabut.
Kami berlari ke sebelah belakang arah kami berdiri, dengan harapan dapat melihat Danau Hitam. Dan … untunglah diantara kabut tipis Danau Hitam Tiwu Ata Mbupu, kelihatan! Tebingnya curam dengan warna airnya kehitaman, nampak jauh dibawah.
Beberapa saat kemudian kabut kembali menyelimuti puncak Kelimutu 1.650 M. Kami harus sabar menunggu lagi, agar kabut segera sirna. Sementara matahari yang ditunggu terbit, hanya nampaknya sinarnya yang semburat dibalik selimut kabut.
Pak Aflinus penduduk lokal yang mengadu nasib menjadi pemandu wisata, menuangkan kopi panas dan menawarkan kepada kami. Asyik banget, minum kopi panas pada suasana begini! Dia juga menawarkan sarung tenun Ende untuk penahan dingin.
Di puncak Kelimutu dibangun sebuah tugu dengan tangga yang bertingkat. Jika kita berdiri di puncak tugu, maka kita dapat melihat ke 3 danau dengan baik. Hanya sayang kabut begitu pekat sehingga menghalangi pemandangan ke bawah. Menjelang siang kabut kembali menipis dan semua yang berada di puncak berebut memotret keindahan yang langka ini. Tetapi kabut kembali menutup puncak, maka kami ambil keputusan untuk turun. Melihat Tiwu Ata Polo dari dataran yang lebih rendah.
Benar saja. Ketika sampai dibawah kabut mulai menipis dan perlahan-lahan menghilang. Matahari bersinar cukup terang. Danau Hijau tampak berdampingan dengan Danau Coklat yang warnanya seperti Coca Cola. Dua danau ini hanya dibatasi oleh tebing terjal selebar + 5 meter.
Melihat keindahan yang spekatuler ini, tak tertahankan penulis mencari posisi yang paling tepat untuk menikmati karya Allah Swt ini. Penulis pun berjalan tepatnya mendaki di sepanjang tepi danau, untuk mendapatkan angle yang baik. Jam menunjukkan pukul 08.30 pagi. Sayang sungguh, pesawat yang kami tumpangi akan berangkat jam 12.30 siang. Ende masih 65 km dari Puncak Kelimutu. berarti kami harus segera turun, kembali ke Moni dan mengejar pesawat Trigana ke Ende. Apaboleh buat. Walaupun masih ingin lebih lama lagi menikmati keindahan yang amat langka ini, kami turun.
Di sebuah dataran ada sebuah helipad. pak Aflinus mengatakan dulu pada tahun 1988, Bapak Adam Malik pernah singgah di sini dengan menggunakan helikopter.
TURUN KEMBALI
Perjalanan turun lebih mudah. Suara nyanyian burung khas Kelimutu, yang katanya dapat menirukan suara apa saja terdengar nyaring. membuat situasi sangat nyaman. Udara bersih dan matahari bersinar terang, sinarnya terasa menyejukkan di ketinggian ini.
Beberapa saat kemudian kami sampai kembali di pelataran parkir. Ahmad sudah menunggu. Wajahnya nampak terang dan menyapa dengan ramah : ”Bisa liat danaunya pak?”. Di depan pelataran parkir ada sebuah rumah panggung, menjual makanan kecil dan minuman. Di depannya puluhan kain tenun khas Ende di gantung, seperti layaknya menjemur pakaian.
Dan setelah membeli beberapa lembar kain tenun Ende untuk sekedar kenang-kenangan, kami turun ke Moni. Sebenarnya kami ingin ke desa Nggela, dimana penduduk asli menenun kain Ende, tetapi waktunya tidak cukup. Sepanjang jalan ke Moni persawahan nampak subur. Penataan sawah hampir mirip dengan sistim subak di Bali, sawahnya berundak-undak, artistik sekali.
Kepulauan Seribu berada di laut jawa Indonesia. Hanya 75 menit dengan menggunakan speed boat dari Jakarta anda sudah bisa berlibur ke pulau impian itu. Namun anda jangan khawatir, karena kami memiliki akses menuju ke pulau seribu. Kami juga telah menyiapkan paket liburan murah untuk acara liburan anda dengan memberikan nuansa yang tak terlupakan. Untuk itu silahkan anda tentukan pulau wisata mana yang mau anda kunjungi dengan spesifikasi di bawah ini.
Lamongan Marine Tourism (WBL) is available with its unique, the result of combination between natural aspects, cultures, and architecture, which is global, taste but still maintain local trademark.
WBL is a balancing towards some tourism places that have exist before like Tanjung Kodok and Maharani cave. It is located in north coast of Java, in Paciran, Lamongan regency, East Java. It is on 17 hectares field and supported by some facilities, which are ready to please the guest with one stop service concept.
Besides readily means tourism greet your visit start at 09.00 AM up to beating 17.00 PM, frontage of main gate also has available souvenirs shop with its luxury design, presenting various first products, fish market, fruit and vegetable. This tourism object also present opened to dish market start to beat 09.00 AM up to beating 21.00 PM. Various facility which showed maritime tourism of Lamongan for example: Cat House, Video game, Hospital Of Ghost, Samba Jet Propulsion, Mini Of Train, Drive Arena, Go-kart, Motor Cross, Gallery Of Ship And Cockle, Tagada, Adolescent Playground, Space
Seribu tahun silam, Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno yang makmur dan memiliki peradaban tinggi. Kerajaan inilah yang mendirikan Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja. Peninggalan lainnya adalah Candi Prambanan, Istana Ratu Boko, dan puluhan candi lainnya yang sudah direstorasi maupun yang masih terpendam di bawah tanah (lihat Wisata Candi).
Namun oleh suatu sebab yang misterius, Kerajaan Mataram Kuno memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur pada abad ke-10. Candi-candi megah itu pun terbengkalai dan sebagian tertimbun material letusan Gunung Merapi. Perlahan-lahan, wilayah Yogyakarta pun kembali menjadi hutan yang lebat.
Enam ratus tahun kemudian, Panembahan Senopati mendirikan Kerajaan Mataram Islam di wilayah ini. Sekali lagi Yogyakarta menjadi saksi sejarah kerajaan besar yang menguasai Pulau Jawa dan sekitarnya. Kerajaan Mataram Islam ini meninggalkan jejak berupa reruntuhan benteng dan makam kerajaan di Kotagede yang kini dikenal sebagai pusat kerajinan perak di Yogyakarta (lihat Wisata Sejarah).
Pulau Seribu
Pulau ini merupakan salah satu pulau di "Kepulauan Seribu" yang mempunyai sumber air tawar. Fasilitas "pulau ayer" terdapat ruang meeting, restoran, dermaga pancing, kolam renang, arena bermain anak, karaoke room, water sport (jetsky, banana boat, canoe), mini market / market art, fun bike, volley pantai, basket. Pulau ayer dapat dikelilingi dengan berjalan kaki, atau dengan menggunakan sepeda. Detail klik disini | ||
Pulau Bidadari merupakan tempat singgah para wisatawan bahari dalam menjelajahi "kepulauan seribu". Beberapa cottage dibangun diantara pepohonan yang menghadap ke lautan, membangkitkan nuansa romantis. Dikarenakan jarak dekat dari Jakarta tidak bisa untuk Snorkeling. Detail klik disini | ||
"Pulau Pantara" mengandalkan air lautnya yang bening dan pulau karang yang indah. Olahraga yang menarik dilakukan di Pulau Pantara adalah scuba diving. Pulau Pantara menyediakan berbagai macam facilitas yang dapat disewa dari snorkeling, diving, banana boat and banyak lagi. Sedang Pantara Island Resort menyediakan cottages, pool, bar, meeting room, discotheque and banyak fasilitas hiburan lainnya yang dapat dinikmati disini. Detail klik disini | ||
"Alam Kotok" menawarkan sebuah karakteristik, tradisional, dan lingkungan tropis yang alami. Keunikan welcome drink jus kelapa menyambut anda disaat menginjakan kaki di sana. Pohon-pohon bakau besar tumbuh dengan kokoh dari akarnya didalam hamparan pasir putih, sebuah kekayaan bahari, kicauan burung, biawak yang jinak,semua menunggu disana. Pulau Kotok tempat yang cocok untuk pasangan yang mencari suasana romantis dan sepi. Detail klik disini | ||
Salah satu resor di Indonesia yang memiliki Undersea Aquarium adalah Resor Pulau Putri di Kepulauan Seribu. Bukan cuma itu, akuarium mini dan kolam yang menyatu dengan laut juga melengkapi resor ini. Fasilitas pulau ini dilengkapi dengan kolam renang, lapangan tenis, aktivitas air (water bee, kano, banana boat). Detail klik disini | ||
Pulau Sepa mempunyai pantai dan ekosistem bawah laut yang indah. Pulau Sepa menjadi tempat favorit bagi para diver, karena diving dan snorkeling merupakan kegiatan utama di pulau ini, selain itu Pulau Sepa tempat yang mengasikkan untuk aktivitas memancing. Fasilitas wisata untuk para tamunya yaitu Marine Walk. Kita akan dapat berjalan-jalan dengan leluasa di dasar laut tanpa perlu bermacam alat selam. Detail klik disini | ||
Pulau Pelangi yang disebut juga Petondan Barat adalah sebuah pulau kecil yang merupakan bagian dari Kepulauan Seribu. "Pulau Pelangi" ditumbuhi dengan pepohonan yang rindang dan lebat. Fasilitas yang ditawarkan antara lain penginapan, diving, snorkeling, memancing, lapangan tenis, toko, klinik kesehatan, dan berbagai fasilitas lainnya yang menunjang kegiatan wisata Anda. Detail klik disini | ||
Pulau Pramuka memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Pulau yang berada di gugusan taman nasional laut "Kepulauan Seribu" memiliki banyak panorama yang menarik. Lautnya yang biru serta berdekatan dengan Taman laut memungkinkan para penggemar selam maupun snorkeling menjadikan Pulau Pramuka sebagai tempat singgah yang ideal. Detail klik disini | ||
Pulau tidung salah satu pulau terbesar di gugusan kepulauan seribu dengan panorama bahari yang asri dan ekosistem yang masih terjaga ke asriannya, menjadikan tidung sebagai tujuan wisata alternatif dengan harga yang terjangkau. Segala aktivitas refreshing bisa anda lakukan di pulau tidung diantaranya snorkeling, sepeda santai, diving, memancing, fotografi, maupun berkemah. Detail klik disini |
Wisata Bahari Lamongan
Wisata Bahari LamonganLamongan Marine Tourism (WBL) is available with its unique, the result of combination between natural aspects, cultures, and architecture, which is global, taste but still maintain local trademark.
WBL is a balancing towards some tourism places that have exist before like Tanjung Kodok and Maharani cave. It is located in north coast of Java, in Paciran, Lamongan regency, East Java. It is on 17 hectares field and supported by some facilities, which are ready to please the guest with one stop service concept.
Besides readily means tourism greet your visit start at 09.00 AM up to beating 17.00 PM, frontage of main gate also has available souvenirs shop with its luxury design, presenting various first products, fish market, fruit and vegetable. This tourism object also present opened to dish market start to beat 09.00 AM up to beating 21.00 PM. Various facility which showed maritime tourism of Lamongan for example: Cat House, Video game, Hospital Of Ghost, Samba Jet Propulsion, Mini Of Train, Drive Arena, Go-kart, Motor Cross, Gallery Of Ship And Cockle, Tagada, Adolescent Playground, Space
JOGJA / YOGYAKARTA - Surga Wisatawan di Pulau Jawa, Indonesia
YOGYAKARTA (sering juga disebut Jogja, Yogya, atau Jogya) terletak di tengah Pulau Jawa - Indonesia, tempat segalanya masih murah. Cukup dengan 200rb sehari, Anda sudah bisa menginap, menyantap masakan tradisional yang terkenal, dan menyewa motor untuk menjelajahi pantai-pantai yang masih perawan dan candi-candi kuno berusia ribuan tahun.Seribu tahun silam, Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno yang makmur dan memiliki peradaban tinggi. Kerajaan inilah yang mendirikan Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja. Peninggalan lainnya adalah Candi Prambanan, Istana Ratu Boko, dan puluhan candi lainnya yang sudah direstorasi maupun yang masih terpendam di bawah tanah (lihat Wisata Candi).
Namun oleh suatu sebab yang misterius, Kerajaan Mataram Kuno memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur pada abad ke-10. Candi-candi megah itu pun terbengkalai dan sebagian tertimbun material letusan Gunung Merapi. Perlahan-lahan, wilayah Yogyakarta pun kembali menjadi hutan yang lebat.
Enam ratus tahun kemudian, Panembahan Senopati mendirikan Kerajaan Mataram Islam di wilayah ini. Sekali lagi Yogyakarta menjadi saksi sejarah kerajaan besar yang menguasai Pulau Jawa dan sekitarnya. Kerajaan Mataram Islam ini meninggalkan jejak berupa reruntuhan benteng dan makam kerajaan di Kotagede yang kini dikenal sebagai pusat kerajinan perak di Yogyakarta (lihat Wisata Sejarah).
Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi Kasunan Surakarta yang berpusat di Kota Solo dan Kesultanan Yogyakarta yang mendirikan istananya di Kota Jogja. Kraton (istana) tersebut masih berdiri hingga kini dan masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya, lengkap dengan ratusan abdi dalem yang secara sukarela menjalankan tradisi di tengah perubahan jaman. Di Kraton, setiap hari ada pagelaran budaya berupa pertunjukan wayang kulit, gamelan, sendratari Jawa, dsb (lihat Jadwal Acara).
Yogyakarta pada masa kini merupakan tempat tradisi dan dinamika modern berjalan berdampingan. Di Yogyakarta ada kraton dengan ratusan abdi dalem yang setia menjalankan tradisi, namun juga ada Universitas Gadjah Mada yang merupakan salah satu universitas terkemuka di Asia Tenggara. Di Yogyakarta sebagian masyarakat hidup dalam budaya agraris yang kental, namun juga ada kaum mahasiswa dengan gaya hidup pop. Di Yogyakarta ada pasar tradisional dan barang kerajinan sementara di sebelahnya berdiri mall yang tak kalah ramainya.
Di ujung utara Yogyakarta, Anda akan melihat Gunung Merapi berdiri dengan gagah setinggi 9738 kaki. Gunung ini adalah salah satu dari gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Jejak ganasnya letusan Gunung Merapi tahun 2006 lalu bisa disaksikan di Desa Kaliadem, 30 km dari Kota Jogja. Pemandangan bergaya Mooi Indiƫ berupa hamparan sawah nan hijau dan Gunung Merapi sebagai latar belakang masih bisa dilihat di pinggiran Kota Jogja (lihat Wisata Alam).
Di bagian selatan Yogyakarta, Anda akan menemukan banyak pantai. Pantai yang paling terkenal adalah Pantai Parangtritis dengan legenda Nyi Roro Kidul, namun Yogyakarta juga memiliki pantai-pantai alami yang indah di Gunung Kidul. Anda bisa melihat Pantai Sadeng yang merupakan muara Sungai Bengawan Solo purba sebelum kekuatan tektonik yang dahsyat mengangkat permukaan Pulau Jawa bagian selatan sehingga aliran sungai tersebut berbalik ke utara seperti saat ini. Anda juga bisa mengunjungi Pantai Siung yang memiliki 250 jalur panjat tebing, Pantai Sundak, dan lain-lain (lihat Pantai).
Malaysia memiliki menara kembar tertinggi di dunia, Yogyakarta memiliki Candi Prambanan yang menjulang setinggi 47 meter dan dibuat dengan tangan 1100 tahun sebelumnya. Singapura memiliki kehidupan modern, Yogyakarta memiliki masyarakat agraris yang tradisional. Thailand dan Bali memiliki pantai-pantai yang indah, Yogyakarta memiliki pantai-pantai alami dan Gunung Merapi yang menyimpan cerita tentang betapa dahsyatnya kekuatan alam.
Kombinasi yang unik antara candi-candi kuno, sejarah, tradisi, budaya, dan kekuatan alam menjadikan Yogyakarta sangat layak untuk dikunjungi. Situs YogYES.COM akan membantu Anda merencanakan kunjungan ke Yogyakarta dan menikmati pesona terbaik dari tempat ini. Kami menyediakan informasi yang melimpah tentang obyek wisata, hotel bintang, hotel murah, restoran, warung makan, biro wisata, rental mobil dan segala informasi yang Anda butuhkan untuk berwisata ke Yogyakarta / Jogja.
Matahari belum tinggi ketika YogYES tiba di Kaliadem, beberapa penduduk setempat tampak mulai bersiap-siap mencari rumput untuk ternak mereka. Walau ada kabut tipis, Gunung Merapi memang terlihat utuh seperti yang diharapkan. Berdiri menjulang hingga 2980 meter di atas permukaan laut, gunung itu benar-benar terlihat gagah. Punggungnya tampak berkilauan ditimpa sinar matahari pagi, sementara puncaknya mengeluarkan asap tipis. Hadirin sekalian, inilah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia!
Di balik penampilannya yang begitu tenang, Gunung Merapi menyimpan kekuatan alam yang dahsyat. Sebagian ilmuwan menduga letusan besar Gunung Merapi adalah penyebab kerajaan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Ketika meletus, Gunung Merapi sanggup menyemburkan awan panas (800-1000 derajat celcius) yang meluncur ke bawah dengan kecepatan hingga 70 km/jam. Pada tahun 1930, awan panas dari letusan Gunung Merapi menghanguskan hutan, 13 desa, dan 1400 penduduk dalam sekejap.
Letusan terakhir Gunung Merapi terjadi pada tahun 2006 lalu. Jutaan kubik material vulkanik tumpah di Kali Gendol dan Kali Krasak, sebagian kecil sisanya menerjang Kaliadem dan meninggalkan jejak yang masih bisa kita saksikan. Kaliadem yang dulunya merupakan hutan pinus kini tertimbun pasir, batu, dan material vulkanik lainnya. Di sebelah timur tampak reruntuhan warung yang tertimbun material vulkanik hingga setengah bangunan. Di sebelah barat ada sebuah bunker perlindungan yang ironisnya juga tertimbun material vulkanik setebal 3 meter. Letusan Gunung Merapi tahun 2006 ini turut menewaskan 2 orang yang berlindung dalam bunker tersebut. Butuh waktu berminggu-minggu setelah letusan barulah material vulkanik yang menimbun Kaliadem itu mendingin dan kawasan tersebut bisa dikunjungi lagi.
Namun seperti unjuk kekuatan alam lainnya, letusan Gunung Merapi juga memiliki sisi baik. Abu vulkanik dari Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi tanah di kaki gunung dan ribuan hektar sawah di bawahnya. Jutaan kubik pasir yang dimuntahkan juga telah menghidupi ratusan penduduk setempat yang mencari nafkah dengan menambang pasir. Empat tahun setelah letusan, kawasan Kaliadem sudah hijau dan sejuk lagi. Pohon-pohon pinus yang dulu hangus, kini sudah mulai tumbuh. Kaliadem sekarang menjadi obyek wisata alam tempat menikmati keindahan Gunung Merapi sekaligus menyaksikan bukti bahwa alam memiliki keseimbangannya sendiri.
Sebagai juru kunci, beliau bertugas untuk "menjaga" Gunung Merapi. Setiap tahun beliau juga bertugas memimpin ritual Labuhan Merapi, ratusan orang mendaki hingga ke dekat puncak Gunung Merapi lalu berdoa bersama untuk memohon perlindungan pada Sang Khalik. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap bulan Rajab dalam penanggalan Jawa.
Sosok Mbah Maridjan menjadi sangat populer menjelang meletusnya Gunung Merapi tahun 2006 lalu. Awal Mei tahun itu, Gunung Merapi mulai mengeluarkan lava pijar. Komputer canggih yang dilengkapi sensor sudah memperkirakan Gunung Merapi akan segera meletus. Namun Mbah Maridjan menolak untuk mengungsi dengan alasan melaksanakan tugas diamanatkan Sultan padanya. Beberapa hari kemudian Mbah Maridjan malah mendaki Gunung Merapi dan berdoa sepanjang hari agar Tuhan melindungi jiwa dan rumah penduduk. Percaya atau tidak, Gunung Merapi lalu mereda dan Presiden SBY pun sempat meninjau lokasi. Sebagian dari 11.0000 penduduk yang sudah dievakuasi lalu diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Gunung Merapi baru meletus sebulan kemudian dan jutaan kubik materialnya menimbun Kali Gendol, Kali Krasak, dan Kaliadem; namun tidak ada korban jiwa selain 2 orang yang tewas di dalam bunker. Sejak peristiwa itu nama Mbah Maridjan sangat populer di Indonesia akibat liputan media massa yang bertubi-tubi. Banyak orang lalu mengaitkan sosok beliau dengan kekuatan supranatural, bahkan tidak sedikit yang mendatangi beliau untuk meminta "berkah".
Sesungguhnya, Mbah Maridjan bukanlah seperti anggapan orang-orang. Mbah Maridjan adalah sosok yang bersahaja, ramah, sekaligus religius. Ketika kami tiba di rumah beliau, Mbah Maridjan sedang menemui tamu namun kami tetap dipersilahkan masuk. Obrolan ringan pun mengalir dalam bahasa Jawa dan Mbah Maridjan berkali-kali melontarkan guyonan. Semua tamu disuguhi minuman dan hidangan seadanya.
Seorang tamu lalu mengutarakan niatnya untuk meminta "berkah" agar bisnisnya sukses namun Mbah Maridjan menolaknya. "Setahu saya, yang bisa memberikan berkah itu hanyalah Gusti Allah; lainnya ndak bisa, apalagi saya," tegas Mbah Maridjan.
Obrolan lalu berlanjut ke berbagai topik, antara lain tentang Gunung Merapi. Mbah Maridjan bercerita bahwa setiap kali gunung itu memperlihatkan tanda-tanda akan meletus, beliau adalah orang yang paling kerepotan. Siang malam rumah Juru Kunci Gunung Merapi itu akan dibanjiri ratusan tamu hingga kakek yang sudah renta itu nyaris tidak bisa beristirahat. Tamu-tamu itu biasanya menanyakan hal yang sama: kapan kira-kira gunung itu akan meletus? Jawaban Mbah Maridjan pun selalu sama, "Jangan tanya saya. Tanyalah pada Gusti Allah yang Maha Berkehendak."
Sebagai abdi dalem, beliau menerima gaji sebesar Rp. 5.800 / bulan. Jumlah itu sebenarnya hanya bisa untuk membeli 1 liter beras, namun Mbah Maridjan (seperti juga ribuan abdi dalem lainnya) merasa sudah cukup dengan hidup bersahaja. "Hidup itu jangan berlebihan, harus sering melihat ke bawah," nasehat Mbah Maridjan pada tamunya.
Tak lama kemudian adzan dzuhur berkumandang dari masjid dekat situ. Mbah Maridjan pun pamit pada tamu-tamunya untuk melaksanakan ibadah sholat di masjid, kami juga pamit untuk pulang.
Begitulah Yogyakarta, sobat. Banyak hal tidaklah sesederhana yang terlihat di layar kaca. Kaliadem, Gunung Merapi, dan Mbah Maridjan menggambarkan persahabatan penduduk setempat dengan alam sekitarnya dan kesetiaan sebagian masyarakat Yogyakarta pada tradisi Jawa tanpa perlu berbenturan dengan keyakinan agama.
Yogyakarta pada masa kini merupakan tempat tradisi dan dinamika modern berjalan berdampingan. Di Yogyakarta ada kraton dengan ratusan abdi dalem yang setia menjalankan tradisi, namun juga ada Universitas Gadjah Mada yang merupakan salah satu universitas terkemuka di Asia Tenggara. Di Yogyakarta sebagian masyarakat hidup dalam budaya agraris yang kental, namun juga ada kaum mahasiswa dengan gaya hidup pop. Di Yogyakarta ada pasar tradisional dan barang kerajinan sementara di sebelahnya berdiri mall yang tak kalah ramainya.
Di ujung utara Yogyakarta, Anda akan melihat Gunung Merapi berdiri dengan gagah setinggi 9738 kaki. Gunung ini adalah salah satu dari gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Jejak ganasnya letusan Gunung Merapi tahun 2006 lalu bisa disaksikan di Desa Kaliadem, 30 km dari Kota Jogja. Pemandangan bergaya Mooi Indiƫ berupa hamparan sawah nan hijau dan Gunung Merapi sebagai latar belakang masih bisa dilihat di pinggiran Kota Jogja (lihat Wisata Alam).
Di bagian selatan Yogyakarta, Anda akan menemukan banyak pantai. Pantai yang paling terkenal adalah Pantai Parangtritis dengan legenda Nyi Roro Kidul, namun Yogyakarta juga memiliki pantai-pantai alami yang indah di Gunung Kidul. Anda bisa melihat Pantai Sadeng yang merupakan muara Sungai Bengawan Solo purba sebelum kekuatan tektonik yang dahsyat mengangkat permukaan Pulau Jawa bagian selatan sehingga aliran sungai tersebut berbalik ke utara seperti saat ini. Anda juga bisa mengunjungi Pantai Siung yang memiliki 250 jalur panjat tebing, Pantai Sundak, dan lain-lain (lihat Pantai).
Malaysia memiliki menara kembar tertinggi di dunia, Yogyakarta memiliki Candi Prambanan yang menjulang setinggi 47 meter dan dibuat dengan tangan 1100 tahun sebelumnya. Singapura memiliki kehidupan modern, Yogyakarta memiliki masyarakat agraris yang tradisional. Thailand dan Bali memiliki pantai-pantai yang indah, Yogyakarta memiliki pantai-pantai alami dan Gunung Merapi yang menyimpan cerita tentang betapa dahsyatnya kekuatan alam.
Kombinasi yang unik antara candi-candi kuno, sejarah, tradisi, budaya, dan kekuatan alam menjadikan Yogyakarta sangat layak untuk dikunjungi. Situs YogYES.COM akan membantu Anda merencanakan kunjungan ke Yogyakarta dan menikmati pesona terbaik dari tempat ini. Kami menyediakan informasi yang melimpah tentang obyek wisata, hotel bintang, hotel murah, restoran, warung makan, biro wisata, rental mobil dan segala informasi yang Anda butuhkan untuk berwisata ke Yogyakarta / Jogja.
KALIADEM - Melihat dari Dekat Wajah Asli Gunung Merapi
Kata orang-orang, pagi hari adalah saat terbaik untuk menikmati pemandangan Gunung Merapi sebelum berselimut kabut. Jadi pukul 07.00 pagi kami sudah berangkat menuju Kaliadem, sebuah kawasan sejuk yang berada di kaki Gunung Merapi, sekitar 25 km utara Kota Jogja. Kami memilih jalur alternatif lewat Maguwo karena jalur itu memiliki lebih banyak sawah ketimbang lewat Jalan Kaliurang. Benar saja, baru beberapa kilometer menjauhi kota, pemandangan hijaunya sawah langsung memanjakan mata, bagaikan lukisan-lukisan Mooi Indie. Udara sejuk pun segera menyergap lewat jendela mobil yang dibiarkan terbuka. Samar-samar tercium aroma batang padi; baunya segar, seperti bau rumput sehabis dimandikan hujan.
Matahari belum tinggi ketika YogYES tiba di Kaliadem, beberapa penduduk setempat tampak mulai bersiap-siap mencari rumput untuk ternak mereka. Walau ada kabut tipis, Gunung Merapi memang terlihat utuh seperti yang diharapkan. Berdiri menjulang hingga 2980 meter di atas permukaan laut, gunung itu benar-benar terlihat gagah. Punggungnya tampak berkilauan ditimpa sinar matahari pagi, sementara puncaknya mengeluarkan asap tipis. Hadirin sekalian, inilah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia!
Letusan terakhir Gunung Merapi terjadi pada tahun 2006 lalu. Jutaan kubik material vulkanik tumpah di Kali Gendol dan Kali Krasak, sebagian kecil sisanya menerjang Kaliadem dan meninggalkan jejak yang masih bisa kita saksikan. Kaliadem yang dulunya merupakan hutan pinus kini tertimbun pasir, batu, dan material vulkanik lainnya. Di sebelah timur tampak reruntuhan warung yang tertimbun material vulkanik hingga setengah bangunan. Di sebelah barat ada sebuah bunker perlindungan yang ironisnya juga tertimbun material vulkanik setebal 3 meter. Letusan Gunung Merapi tahun 2006 ini turut menewaskan 2 orang yang berlindung dalam bunker tersebut. Butuh waktu berminggu-minggu setelah letusan barulah material vulkanik yang menimbun Kaliadem itu mendingin dan kawasan tersebut bisa dikunjungi lagi.
Namun seperti unjuk kekuatan alam lainnya, letusan Gunung Merapi juga memiliki sisi baik. Abu vulkanik dari Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi tanah di kaki gunung dan ribuan hektar sawah di bawahnya. Jutaan kubik pasir yang dimuntahkan juga telah menghidupi ratusan penduduk setempat yang mencari nafkah dengan menambang pasir. Empat tahun setelah letusan, kawasan Kaliadem sudah hijau dan sejuk lagi. Pohon-pohon pinus yang dulu hangus, kini sudah mulai tumbuh. Kaliadem sekarang menjadi obyek wisata alam tempat menikmati keindahan Gunung Merapi sekaligus menyaksikan bukti bahwa alam memiliki keseimbangannya sendiri.
Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi
Sebelum pulang, YogYES singgah sebentar ke rumah Mbah Maridjan di sebelah selatan Kaliadem. Kakek kelahiran 1927 ini adalah abdi dalem yang diberi mandat oleh Sultan Yogyakarta untuk menjadi Juru Kunci Gunung Merapi, meneruskan jabatan ayahnya.Sebagai juru kunci, beliau bertugas untuk "menjaga" Gunung Merapi. Setiap tahun beliau juga bertugas memimpin ritual Labuhan Merapi, ratusan orang mendaki hingga ke dekat puncak Gunung Merapi lalu berdoa bersama untuk memohon perlindungan pada Sang Khalik. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap bulan Rajab dalam penanggalan Jawa.
Sosok Mbah Maridjan menjadi sangat populer menjelang meletusnya Gunung Merapi tahun 2006 lalu. Awal Mei tahun itu, Gunung Merapi mulai mengeluarkan lava pijar. Komputer canggih yang dilengkapi sensor sudah memperkirakan Gunung Merapi akan segera meletus. Namun Mbah Maridjan menolak untuk mengungsi dengan alasan melaksanakan tugas diamanatkan Sultan padanya. Beberapa hari kemudian Mbah Maridjan malah mendaki Gunung Merapi dan berdoa sepanjang hari agar Tuhan melindungi jiwa dan rumah penduduk. Percaya atau tidak, Gunung Merapi lalu mereda dan Presiden SBY pun sempat meninjau lokasi. Sebagian dari 11.0000 penduduk yang sudah dievakuasi lalu diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.
Gunung Merapi baru meletus sebulan kemudian dan jutaan kubik materialnya menimbun Kali Gendol, Kali Krasak, dan Kaliadem; namun tidak ada korban jiwa selain 2 orang yang tewas di dalam bunker. Sejak peristiwa itu nama Mbah Maridjan sangat populer di Indonesia akibat liputan media massa yang bertubi-tubi. Banyak orang lalu mengaitkan sosok beliau dengan kekuatan supranatural, bahkan tidak sedikit yang mendatangi beliau untuk meminta "berkah".
Sesungguhnya, Mbah Maridjan bukanlah seperti anggapan orang-orang. Mbah Maridjan adalah sosok yang bersahaja, ramah, sekaligus religius. Ketika kami tiba di rumah beliau, Mbah Maridjan sedang menemui tamu namun kami tetap dipersilahkan masuk. Obrolan ringan pun mengalir dalam bahasa Jawa dan Mbah Maridjan berkali-kali melontarkan guyonan. Semua tamu disuguhi minuman dan hidangan seadanya.
Seorang tamu lalu mengutarakan niatnya untuk meminta "berkah" agar bisnisnya sukses namun Mbah Maridjan menolaknya. "Setahu saya, yang bisa memberikan berkah itu hanyalah Gusti Allah; lainnya ndak bisa, apalagi saya," tegas Mbah Maridjan.
Obrolan lalu berlanjut ke berbagai topik, antara lain tentang Gunung Merapi. Mbah Maridjan bercerita bahwa setiap kali gunung itu memperlihatkan tanda-tanda akan meletus, beliau adalah orang yang paling kerepotan. Siang malam rumah Juru Kunci Gunung Merapi itu akan dibanjiri ratusan tamu hingga kakek yang sudah renta itu nyaris tidak bisa beristirahat. Tamu-tamu itu biasanya menanyakan hal yang sama: kapan kira-kira gunung itu akan meletus? Jawaban Mbah Maridjan pun selalu sama, "Jangan tanya saya. Tanyalah pada Gusti Allah yang Maha Berkehendak."
Sebagai abdi dalem, beliau menerima gaji sebesar Rp. 5.800 / bulan. Jumlah itu sebenarnya hanya bisa untuk membeli 1 liter beras, namun Mbah Maridjan (seperti juga ribuan abdi dalem lainnya) merasa sudah cukup dengan hidup bersahaja. "Hidup itu jangan berlebihan, harus sering melihat ke bawah," nasehat Mbah Maridjan pada tamunya.
Tak lama kemudian adzan dzuhur berkumandang dari masjid dekat situ. Mbah Maridjan pun pamit pada tamu-tamunya untuk melaksanakan ibadah sholat di masjid, kami juga pamit untuk pulang.
Begitulah Yogyakarta, sobat. Banyak hal tidaklah sesederhana yang terlihat di layar kaca. Kaliadem, Gunung Merapi, dan Mbah Maridjan menggambarkan persahabatan penduduk setempat dengan alam sekitarnya dan kesetiaan sebagian masyarakat Yogyakarta pada tradisi Jawa tanpa perlu berbenturan dengan keyakinan agama.
Berlibur ke Malang kota Apel di Jawa Timur
Ditulis oleh arief | |
Sabtu, 10 Oktober 2009 | |
Selain objek wisata alami, Kabupaten Malang juga memiliki sejumlah objek wisata buatan yang semakin berkembang. Sebut saja Taman Rekreasi Sengkaling yang diramalkan akan menjadi Dufannya Malang, Wisata Tirta Waduk Selorejo, dan Taman Wisata Wendit. Sengkaling berada di antara kota Malang dan Kota Batu. Daerah ini semula merupakan lahan pribadi milik orang Belanda bernama Mr. Door yang ditata menjadi tempat rekreasi masyarakat setempat. Baru pada tahun 1979, taman ini dibuka untuk umum dan dikelola oleh perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Taman Rekreasi Sengkaling kini jelas tampil beda. Di dalam taman rekreasi seluas 15 hektar ini terdapat bermacam arena main. Ada beberapa kolam renang seperti Tirta Sari Pool, Tirta Alam Pool, Pesona Primitif Pool, dan Cuttel Pool yang menyajikan berbagai wahana bermain air yang unik dan menarik. Selain itu ada taman bermain lengkap dengan kereta mini, bom-bom car, kapal misteri, mini zoo, jembatan gantung, lapangan sepak bola, dan masih banyak lagi. Taman ini pun dilengkapi area parkir yang luas dan toko-toko souvenir yang menjual bermacam kerajinan tangan. Dengan aneka wahana yang dimiliki Taman Rekreasi Sengkaling, wajar kalau ada yang menilainya sebagai taman rekreasi terlengkap di Malang bahkan diramalkan menjadi Dufannya Ancol. Tarif masuk Taman Rekreasi Sengkaling cukup terjangkau Rp 10.000 per orang. Taman ini dibuka sejak pukul 06.00 pagi hingga pukul 17.00 pada hari biasa atau hingga pukul 18.00 pada akhir pekan. Menurut Andre, Head Marketing TR Sengkaling, setiap hari libur nasional pengunjungnya dapat mencapai hingga 20 ribu per hari. Lain lagi dengan Taman Wisata Air Wendit. Konon, dulu seorang pertapa bernama Wandito yang pertama kali menemukan mata air di kawasan ini hingga menjadi tempat mandi dan sumber air bagi masyarakat sekitar. Ketika TC mendatanginya, taman seluas 11,5 hektar ini masih dalam tahap pembangunan yang dimulai sejak tahun 2006. Diperkirakan pembangunan fasilitasnya selesai tahun 2008 sekaligus menjadi taman wisata air terbesar di Jatim yang dilengkapi dengan penginapan dan sarana bermain seperti water boom dan jet ski. Sedangkan Taman Wisata Air Bendungan Selorejo seluas 36 hektar merupakan danau buatan yang dibangun dengan menenggelamkan Desa Selorejo. Fungsi awalnya sebagai sumber irigasi dan pembangkit tenaga listrik. Perkembangan selanjutnya juga sebagai taman wisata air. Bendungan Selorejo terletak 43 kilometer arah barat Kota Malang. Bendungan yang dibangun tahun 1967 ini dilengkapi beberapa fasilitas pendukung, antara lain beberapa villa dan restoran yang pemandangannya menghadap langsung ke danau buatan. Selain itu lapangan golf, lapangan bola, taman bermain, dan beberapa perahu yang dapat disewa untuk berkeliling danau sambil memancing. Di bendungan ini dihuni beragam ikan seperti mujair, nila, dan lainnya. Pengunjung dapat menikmati ikan-ikan tersebut di restoran. Kendati buatan, ketiga tempat rekreasi wisata buatan di atas masih beratmosfir alam. Bisa jadi pengelolanya tetap mengedepankan nuansa tersebut, untuk memperkuat citra pariwisata Kabupaten Malang yang memang mengandalkan keindahan alam. Sumber: Majalah Travel Club |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar